Jumat, 13 Januari 2017

KEHILANGAN

 Semilir angin malam berhembus menusuk lubang-lubang jendela rumah yang sudah tertutup. Malakm itu kau mengatakan tidak enak badan, dikira diriku kau masuk angin seperti biasa. Semakin malam ku lihat dirimu semakin kesakitan. Aku ajak dirimu ke rumah sakit tetap tidak mau.
Menunggu pagi terasa begitu lama hingga akhirnya pagi tibalah sudah. Aku tak ingin membiarkanmu sakit hingga aku memaksamu tuk mengecek ke dokter. Waktu itu Pagi Pukul 06.00 aku membawamu ke Dr. Tuti, diperiksa, aku merasa heran dan sangat terkejut dr tersebut mengatakan bahwa aku harus membawamu segera ke IGD mungpung suami ibu masih segar. Sambil ku pulang membawamu aku bertanya dalam hatiku "ada apakah dengan suamiku'?
Tak banyak pikir panjang dan aku terus saja membujuk suamiku agar dia mau ke rumah sakit. Awalnya dia tidak mau, namun akhirnya dia mau. Aku pulang dulu ke rumah mempersiapkan baju dan perlengkapan lainnya. Sampai ke IGD dia masih segar malah dia mengatakan begini "Mah...mbap hanya akan di observasi saja kan" Aku dengan rasa yang tak karuan tetap untuk bisa tenang, aku jawab "Ya ..Mbap".
Sampai di IGD suamiku diperiksa oleh Dokter jaga, karena hari itu hari sabtu dokter yang ada hanya dokter jaga. Aku disuruh membeli obat 2 biji dengan harga 900 ribu rupiah, disuntikan ke bagian perut satu dan satu lagi ke dalam infusan.
Aku tanya ke dokter yang memeriksa "Dokter ada apakah dengan suami saya" Dokter hanya menjawab "ada gangguan di jantungnya" Terus aku tanya ke suster yang jaga di IGD "suster bisa masuk ruangan tidak?' Dia menjawab "Belum bisa bu, karena harus diobservasi dulu selama 6 jam".
Aku menuruti saja apa yang terbaik buat suamiku.
Ketika itu suamiku dipindahkan ke ruang isolasi.Dikira aku ruang isolasi itu ruangan yang dapat menenangkan suamiku, ternyata ruang isolasi itu adalah ruangan yang membuat aku ingin marah, karena suamiku disatukan dengan orang yang akan membuat bertambah sakitnya dia. Aku sudah mengusulkan kepada petugas agar suamiku segera dipindahkan ke ruang perawatan, namun tak digubrisnya.
Sekitar pukul 13.00 semua sahabatku, sahabat mbap menengok ke rumah sakit, mereka semua memberikan motivasi agar mbap harus kuat. Aku sangat terharu sekali, karena semua sahabat mbap sangat menyayanginya dan setia kawan. Sepulang teman-temannya menengok kelihatan mbap semakin lemah, dia hanya mengatakan kata "Mah...perut mbap sakit seperti  ketika mamah sedang datang bulan".  Aku lalu mengatakan keluhan itu pada dokter jaga, namun dokter tersebut seperti tak menggubrisnya. Saking kesalnya aku mendapatkan perlakuan seperti itu lalu aku menelpon kakakku yang sama sebagai tim medis. Baru sedikit ada perhatian dari dokter tersebut. Yang membuat aku terkejut yaitu setelah diperiksa oleh dokter jaga itu ternyata mbap harus dipindahkan ke ruang ICCU.
Dadaku semakin dagdigdug, aku tetap menenangkan diri dan memohon pada Allah agar aku diberikan ketenangan, dan diberikan kekuatan menghadapi semua ini. Aku tahu yang namanya sudah ke ruang ICCU berarti pasien agak gawat. Namun tidak semua pasien yang ke ruang ICCU itu dikatakan gawat, karena mungkin peralatan yang terlengkap adalah di ruang ICCU.
Pukul 17.00 Mbap dipindahkan ke ruang ICCU, sampai pukul 20.00 keadaan mbap sedikitpun tak mengkhawatirkan dia masih bisa bercanda dengan Kepala sekolahnya yang begitu setia menunggu mbap di rumah sakit, malah kepala sekolah mengatakan "Pak Edy harus kuat Ya?" Mbap menjawab"Siap PaK" dengan senyumannya sambil menahan sakit.
Pukul 21.00  aku begitu khawatir, mbap kelihatan sangat gelisah, keringat dingin membanjiri bajunya, dioksigen dia sudah tidak mau lalu dia meminta ingin pulang dia katakan padaku"Mah...ayo kita pulang. mbap lapaaar? mendengar itu rasanya hati ini sakit sekali aku tanya pada petugas boleh dikasih makan atau minum, petugas mengatakan tidak boleh. Dia berulang-ulang mengatakan ingin pulang, aku terus membujuknya sambil mendekati dan menghapus keringatnya.
Pas ketika Pukul 21.30, aku dikejutkan lagi oleh keadaan mbap, dia anval dan detak jantung yang ada dimonitor sudah tidak stabil. Tim medis langsung menangani dan tak membolehkan ada yang masuk. Aku semakin tidak tenang, hatiku sudah tak karuan. Dan ketika itu....dunia seakan gelap, dunia seakan kiamat,  mendengar berita bahwa mbap sudah tiada, aku menjerit ...aku tak tahu apa yang terjadi. Sekali lagi aku tanya pada kakaku yang tim medis, yang baru datang...dia juga tetap mengatakan sama bahwa mbap telah tiada.Aku penasaran membangunkan dia...tapi...tetap dia tidak membuka mata. Baru aku yakin, aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya.

Tujuh belas tahun kita lalui bahtera cinta yang kita bina, kita bersama baik suka maupun duka. Dua buah cinta kita yang sangat kita dambakan, yang masih memerlukan kasih dan sayang.
Namun......kebesaran dan kekuasaan Sang Maha Pencipta di atas segalanya. Malam Minggu tanggal 24 Januari 2015  adalah merupakan malam yang sangat membuat aku terpukul. Dunia terasa gelap, tatkala ku melihat dirimu terkulai lemah. Aku tak percaya sama sekali.....kubangunkan dirimu, ternyata matamu tetap tertutup, badanmu tetap tak bergerak. Baru aku sadar....bahwa dirimu ternyata telah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Mbap.....masih ku ingat ketika kita terakhir bersama kedua buah cinta di bulan Desember 2014, kita bersama pergi ke laut...Makan bersama, bercanda penuh mesra. Ternyata Bulan itu ternyata bulan penghabisan dimana kita tidak bisa bertemu lagi dengan dirimu, takkan bisa lagi mencurahkan segala isi hatiku. Mbap...mudah-mudahan kau bahagia di alam sana , diterima iman islam dan segala amal baikmu. Doakan kami bertiga bisa menjalani kehidupan ini dalam keridhoan Allah SWT. AAMIIN.

Pijar kehidupanku


PIJAR KEHIDUPAN
Ku lihat dua sosok yang terbaring dengan lelapnya
ku pandangi, wajahnya begitu tenang
Dua sosok itu yang selalu membuat aku terbangun
Untuk semangat mencari kehidupan yang halal

Dua sosok itu adalah gambaran
Agar diriku tetap bersabar,
Kehidupan harus aku jalani dengan pasti
Tanpa pikulan beban yang ada dalam hati